Rabu, 30 Oktober 2013

Analisis Tipologi Klassen


ANALISIS TIPOLOGI KLASSEN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2008-2011
I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Alat Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal,daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi,yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income),daerah maju tapi tertekan (high income but low growth),daerah berkembang cepat ( high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal( low  growth and low income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro, 1993; Hil,1989) (Kuncoro,2002).
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kecamatan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:
1.   Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding rata-ratakabupaten.
2.    Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebihtinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding dengan rata-rata kabupaten.
3.   Daerah berkembang adalah yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi,tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten.
4.   Daerah relatif tertinggal yaitu adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhandan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata kabupaten
B.        Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum perencanaan dan pengembangan wilayah  adalah untuk mengetahui cara penetapan Analisis Tipologi Klassen dan menentukan daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat  dan daerah relatif tertinggal  Kabupaten Aceh Utara di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
C.       Kegunaan Praktikum
Kegunaan yang ingin dicapai dalam praktikum perencanaan dan pengembangan wilayah  adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang cara penetapan Analisis Tipologi Klassen dan pengambilan kebijakan kepada pemerintah Kabupaten Aceh Utara di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sebagai daerah yang lebih maju dan berkembang.
  



II. TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pengertian Analisis Tipologi Klassen
Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan (Radianto, 2003: 479-499).
        PDRB Perkapita (y)
Laju
Pertumbuhan
PDRB  (r)
Y1> y
Y1< y
R1> r
Daerah cepat maju
dan cepat tumbuh

Daerah Berkembang
Cepat

R1< r
Daerah Maju Tapi
Tertekan
Daerah Relatif
Tertinggal





B.     Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam
menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan
kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif akan menjadi lebih produktif dan berkembang yang pada akhirnya dapat mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri.
Todaro dan Smith (2006) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen  utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumberdaya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun  selanjutnya dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga adalah kemajuan teknologi.
Menurut Tarigan (2007), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu adanya kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan menggambarkan pertambahan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi) dimana pendapatan tersebut diukur dalam nilai riil (dinyatakan dalam harga konstan).


Hal ini juga dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh besaran transfer-payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.
B.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar (Adisasmita, 2005).
Perkembangan PDRB ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya dan menunjukkan pendapatan yang dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.

PDRB ADHB ini digunakan untuk melihat struktur ekonomi pada suatu tahun. Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktivitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB ADHK.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi, dapat memberikan gambaran tentang tingkat produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha tersebut  Penghitungan PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, antara lain (Adisasmita, 2005).
Menurut Gilis et al (2004), Produk Nasional Bruto (PNB) adalah penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) tanpa menghitung nilai produk antara
C.    Pertumbuhan Ekonomi Perkapita
PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Nilai PDRB per kapita didapatkan dari hasil bagi antara total PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran.
Menurut Jhingan (2010), kenaikan pendapatan per kapita dapat tidak menaikkan standar hidup riil masyarakat apabila pendapatan per kapita meningkat akan tetapi konsumsi per kapita turun. Hal ini disebabkan kenaikan pendapatan tersebut hanya dinikmati oleh beberapa orang kaya dan tidak oleh banyak orang miskin. Di samping itu, rakyat mungkin meningkatkan tingkat tabungan mereka atau bahkan pemerintah sendiri menghabiskan pendapatan yang meningkat itu untuk keperluan militer atau keperluan lain.
















III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari sabtu tanggal 24 Mei 2013, pukul 08:00 WITA sampai selesai. Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.
B.       Data Yang Digunakan
Data yang digunakan pada praktikum ini adalah Data Pendapatan Regional Bruto (PDRB) Perkapita dan pertumbuhan Pendapatan Regional Bruto   Kabupaten Aceh Utara. 
C.      Metode Analisis
Analisis yang digunakan pada praktikum ini adalah Analisis Tipologi Klassen yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
        PDRB Perkapita (y)
Laju
Pertumbuhan
PDRB  (r)
Y1> y
Y1< y
R1> r
Daerah cepat maju
dan cepat tumbuh

Daerah Berkembang
Cepat

R1< r
Daerah Maju Tapi
Tertekan
Daerah Relatif
Tertinggal


IV. PEMBAHASAN
A.  Letak Geografis
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki letak yang sangat strategis baik dari sudut ekonomi, politik, maupun geografis. Posisi geografis wilayah yang terletak diantara Selat Malaka dan Samudera Hindia memiliki nilai yang sangat strategis dari sudut geografis, politik/pertahanan, dan ekonomis. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki wilayah seluas 57.365,57 Km2, yang terdiri atas kawasan hutan lindung 26.440,81 Km2, kawasan hutan budidaya 30.924,76 Km2 dan ekosistem Gunung Leuser seluas 17.900 Km2, dengan puncak tertinggi pada 4.446 m diatas permukaan laut. 
Batas-batas wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sebelah utara dengan Laut Andaman, Sebelah timur dengan Selat Melaka, Sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara, Sebelah barat dengan Samudra Hindia.  Daerah Melingkupi : 119 Pulau, 35 Gunung, 73 Sungai Banyaknya Dati II, 21 Kabupaten,  Banyaknya Kecamatan : 228, Mukim : 642, Kelurahan : 111dan  Desa : 5947.
Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara Banda Aceh sebagai Ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan Medan sebagai ibukota Sumatera Utara. Disamping itu Kabupaten Aceh Utara mempunyai daerah penyangga yang cukup luas yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Timur dan Kabupaten Pidie. LetakKabupaten

Aceh Utara pada pesisir aceh bagian utara juga mempunyai hubungan perdagangan dengan Malaysia dan Thailand. Dukungan yang paling strategis adanya sarana dan prasarana perhubungan laut yang relatif memadai dibandingkan dengan kabupaten yang lain dalam Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
B.  Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah
B.1. Komponen Air Bersih
Jumlah kapasitas pasang dari data produksi air yang didapat adalah 435 lt/dt, jumlah ini melebihi kapasitas desain dan kapasitas produksi. Untuk jumlah sambungan air yang ada adalah sebanyak 19.042 unit.
Asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Sedang sebesar 15%, dan kebutuhan ideal adalah 100 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk 264.091 jiwa, membutuhkan air bersih sebesar 26.409.100 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 100 liter/orang/hari. Namun PDAM Kota Banda Aceh baru dapat memproduksi sebanyak 25.056.00 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 1.353.100 liter/hari, atau 15,6 liter/detik.
B.2.Komponen Persampahan
Data persampahan di kota ini tidak cukup banyak, terutama pada data peralatan TPA dan sarana transportasi yang digunakan dalam pengoperasian pengolahan sampah. Untuk jumlah biaya operasional dan pemeliharaan adalah Rp 218.087.500,00. Dengan asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari, maka kebutuhan komponen persampahan Kota Banda Aceh. Sesuai dengan standar kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3 liter/orang/hari, Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk 264.091 jiwa, menghasilkan 792,27 m3/hr timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah
penduduk x 3/1000. Namun tidak diketahui data sampah yang terangkut, sehingga tidak dapat diketahui selisih antara jumlah sampah yang terangkut dengan perkiran timbulan sampah di Kota Banda Aceh.
B.3. Komponen Jalan
Tersedianya Prasarana jalan dan jembatan merupakan persyaratan utama untuk kelancaran arus barang dan jasa dalam rangka peningkatan ekonomi daerah. Kondisi jalan dalam Kabupaten Dati II Aceh Utara umumnya relatif baik, terutama Jalan Nasional dan Jalan Porinsi. Upaya peningkatan mutu jalan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Peningkatan jalan Kabupaten di lakukan melalui dana PAD dan IPJK. Peningkatan kondisi jalan tidak saja ditujukan pada peningkatan kualitas tetapi juga perluasan jaringan jalan terus dilakukan terutama jalan-jalan yang menghubungkan antara daerah-daerah, sentera produksi dan daerah terisolir yang potensial namun belum terjamah.  Jumlah armada angkutan jalan raya (darat) yang terbanyak adalah kendaraan truk, sedangkan untuksarana transportasi dalam kota (labi-labi) sejumlah 839 unit.



C.  Hasil Pengamatan Dan Pembahasan
C.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Utara
Menurut Kecamatan, 2008-2011 (%)
No
Kecamatan
Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
1
Meuraxa
3,48
3,36
2,59
3,88
3,32
2
Baiturrahman
0,46
2,43
3,27
3,08
2,31
3
Kuta Alam
4,70
4,51
3,68
3,58
4,11
4
Syiah Kuala
3,05
3,79
2,89
3,54
3,31
         Bandah Aceh
2,92
3,52
3,1
3,5
3,26
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh (diolah)
Tabel 2. PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Utara
Menurut Kecamatan, 2008-2011
No
Kecamatan
Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
1
Meuraxa
2.246.027
2.289.975
2.320.124
2.263.946
2.268.001
2
Baiturrahman
1.854.570
1.893.522
1.923.955
1.956.165
1.874.046
3
Kuta Alam
2.276.993
2.344.959
2.392.143
2.380.492
2.310.976
4
Syiah Kuala
2.852.150
2.871.953
2.890.637
3.276.079
2.862.051
      Bandah Aceh
2.307.435
2.350.102
2.381.714
2.469.170
2.328.768
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh(diolah)
C.2. Pembahasan


Berdasarkan data pada kedua tabel di atas, kita dapat membagi Kecamatan di kabupaten/kota Bandah Aceh Utara menjadi 4 klasifikasi sesuai dengan Tipologi Klassen (lihat Tabel 3). Kecamatan Syiah Kuala termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Dua daerah lainnya masuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat, masing-masing Kecamatan Meuraxa dan Kuta Alam. Sedangkan satu daerah lainnya masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal, yaitu Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan ini memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata Kabupaten.
 Lamban dan kurang berkembangnya kecamatan di kabupaten Aceh Utara,karena kurangnya perhatian baik pemerintah maupun masyarakatnya untuk mengembangkan sektor-sektor yang sebenarnya berpotensi. Seperti sektor pariwisata yang kurang berkembang padahal sektor ini ikut andil dalam menyumbang PAD misalnya pantai kebanggan kota Bandah Aceh (Marhayanie, 2003).
Kabupaten Aceh Utara sebenarnya cukup mempunyai potensi untuk membangun dirinya, namun sejauh ini hasil yang dicapai ternyata: kualitas sumberdaya manusia (masih kurang memadai, angka pengangguran terbuka cukup tinggi dan persentase kepala keluarga (KK) miskin masih tinggi Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat kekurang berhasilan dalam upaya pembangunan selama ini, sehingga masyarakat Kabupaten tersebut pada umumnya belum cukup berdaya atau belum mampu memberdayakan dirinya. Sementara itu, dari keempat klasifikasi tersebut di atas tidak ada satupun Kecamatan yang termasuk dalam kategori daerah maju tapi tertekan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak satupun Kecamatan  yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Bandah Aceh.
Tabel 3. Klasifikasi Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara Menurut Tipologi Klassen, 2008-2011
        PDRB Perkapita (y)
Laju
Pertumbuhan
PDRB  (r)
Y1> y
Y1< y
R1> r
Daerah cepat maju
dan cepat tumbuh
·         Syiah Kuala
Daerah Berkembang
Cepat
·         Meuraxa
·         Kuta Alam
R1< r
Daerah Maju Tapi
Tertekan
Daerah Relatif
Tertinggal
·         Baiturrahman





V. PENUTUP
A.  Kesimpulan
Potensi Kabupaten Aceh Utara sebenarnya cukup besar untuk diberdayakan dan dieksplor lebih lagi. Pemerintah bisa menganalisis dengan menggunakan Tipologi Klaassen untuk mengetahui bagaimana keadaan pertumbuhan PDRB wilayah tersebut. Kemudian dikembangkan dengan melihat potensi dari masing-masing wilayah.Kekurangan metode ini adalah tidak adanya spesifikasi masing-masing sektor yang mana yang masih lambat pertumbuhannya seperti Kecamatan Baiturrahman).
Kecamatan Syiah Kuala termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Dua daerah lainnya masuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat, masing-masing Kecamatan Meuraxa dan Kuta Alam. Sedangkan satu daerah lainnya masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal, yaitu Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan ini memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata Kabupaten.
Analisis ini hanya melihatkeadaan wilayah secara umum.Jika masing-masing sector mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan pendapatan kabupaten pemalang juga akan meningkat dan keadaan wilayah pasti akn berubah serta memberikan dampak yang positif untuk Indonesia




B.  Saran
ebijakan yang diambil dilihat dari potensi dan sumberdaya alam yang dimiliki, mengarah ke pengembangan sector pariwisata Kabupaten Aceh Utara yang potensial di berdayakan dan ditingkatkan potensi pariwisata. Pantai kebanggan kota Bandah Aceh Utara potensial untuk di eksplorasi kebermanfaatannya untuk  penduduk sekitar, guna mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi terjadi di Kabupaten Aceh Utara.
program PNPM yang dilakukan oleh pemerintah guna menekan tingkat penganggurandan meningkatkan pendapatan daerah kabupaten Pemalang. Dana swadaya masyarakat lebih banyak digunakan untuk pelatihan-pelatihan yang kedepannya akan mengembangkan potensi masyarakatnya. Pelatihan yang menjdai sakah satu arahkebijakan pemerintah setempat misalnya adalah kegiatan pelatihan pembuatan VCO yang dilaksanakan oleh KSM Bina Usaha Kabupaten Aceh Utara tersebut mampu menggugah kelompok masyarakat lainnya untuk memanfatkan potensi yang ada disekitarnya. Saatnya kita kembali ke potensi alam untuk mengembalikan fitrah negara indonesia sebagai negara agraris yang disegani oleh negara-negara lain. Prestasi dibidang industri dan perdagangan yang telah diraih




DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Aswandi, H, & Kuncoro, M, 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 17(1), 27-45.
Badan Pusat Statistik, 2012. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2008-2011

________________.2008. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara Tahun 2000-2007. BPS NAD. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik, 2008. Aceh Utara dalam Angka 2008.

Gilis, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta

Jhingan, 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan D. Guritno. Rajawali, Jakarta.

Marhayanie, 2003. .Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan.. Tesis. Program Pascasarjana USU, Medan.

Tarigan,  Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta.

Todaro dan Smith, 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit
Erlangga, Edisi Keenam, Jakarta.